Mirip Patah Hati

http://www.rajanembak.com/2012/01/puisi-sakit-hati.html 
Beberapa hari ini terasa berat buat saya. Berat karena saya harus benar-benar mampu menahan diri dan memampukan diri saya untuk sabar dan tidak terbawa situasi. Berat karena saya harus tetap waras dan menerima segala perlakuan yang sebenarnya tidak dapat saya terima. Berat karena saya dinilai telah menyakiti hati orang yang saya sayangi, yang tentu saja saya tidak ingin melakukannya. Berat karena saya (lagi-lagi) harus menanggung hal-hal yang sebenarnya sudah saya antisipasi akan terjadi (cepat atau lambat), tetapi saya mengandalkan orang lain (yang menurut saya pantas) untuk mulai mengambil langkah antisipasi.
Berbagai peristiwa yang saya alami beberapa hari ini telah meluruhkan bangunan rasa percaya saya pada seseorang, menghancurkan rasa hormat saya pada beberapa orang dan menghapuskan kepedulian saya pada hal-hal yang seharusnya menjadi perhatian saya. Hati ini rasanya sudah tidak mampu lagi menampung pedih dan luka yang bertubi-tubi. Kecewa, menyesal, marah, sedih, nelangsa, tak berdaya, tidak terima, benci, cemburu, ingin membalas dendam, bahkan rasa ingin lari atau bunuh diri datang silih berganti, hingga hati ini nyaris mati rasa.
Sebenarnya saya pernah merasakan perasaan seperti ini. Tepatnya ketika saya dan mantan pacar saya menyatakan bahwa kami telah mengakhiri hubungan kami. Perasaan seperti patah hati ketika putus dengan mantan pacar saya itulah yang saya rasakan sekarang. Cuma yang sekarang lebih sakit karena melibatkan lebih banyak orang, melibatkan kesepakatan-kesepakatan yang terlanggar dan terabaikan, melibatkan perasaan yang lebih dalam karena peran-peran tertentu yang saya sandang sekarang, artinya, juga melibatkan hampir sebagian besar hidup saya. Itulah yang membuat perasaan mirip patah hati ini menjadi begitu menyakitkan buat saya sekarang.


Sekedar Mencatat

Saya meniatkan pada diri sendiri untuk membuat catatan tentang apa saja yang menarik buat saya dalam satu hari. Saya meniatkan pada diri sendiri untuk meluangkan waktu, diantara aktivitas saya, untuk sejenak menuliskan apa saja yang terjadi, dan mencoba memaknainya, sesuai dengan pemahaman saya.
Saya meniatkan pada diri sendiri untuk menuliskan apa yang terjadi, sebagai pengingat dalam hidup saya. Saya meniatkan pada diri sendiri untuk mencatat apa saja yang mampu saya catat, sebagai bagian dari terapi hati yang saya mulai jalani sejak detik ini.
Bismillah...semoga Allah meridhoi niat saya ini.